ONESECONDNews.COM, Ratusan petani Desa Simalingkar dan Sei Mencirim yang melakukan aksi lanjutan di Istana Negara, Jakarta hari ini mengibarkan bendera merah putih sepanjang 150 meter.
Bendera berukuran raksasa itu dibentangkan untuk menahan terik matahari yang menyengat. Selain itu, aksi tersebut juga sebagai respons mereka terhadap tindakan aparat yang membongkar tenda mereka di aksi sebelumnya.
Kami mengibarkan bendera sepanjang 150 meter sekaligus buat berteduh di bawahnya, setelah beberapa kali coba pasang tenda tidak diperbolehkan. Meskipun panas terik matahari menyengat dan membakar kulit namun kami tetap tegar," tegas koordinator aksi sekligus Dewan Pembina SPSB, Aris Wiyono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (25/8).
Aris mengatakan, pihaknya berharap petani Simalingkar dan Sei Mencirim bebas dari belenggu penjajahan dan penindasan. Sengketa lahan petani Simalingkar dan Se Mencirim dengan PTPN II diharapkan segera diselesaikan oleh negara.
Kami petani yang sudah menempati lahan sejak tahun 1951 dan mempunyai landasan hukum yang kuat. Selain SK landreform juga sudah bersertifikat hak milik," tuturnya.
"Harapan kami tetap, Presiden Joko Widodo menemui kami agar persoalan konflik agraria yang kami alami segera diselesaikan dan ada solusi yang berkeadialan guna keberlangsungan hidup anak cucu kami," demikian Aris Wiyono.
Saat ini, ratusan petani sudah membubarkan diri dan akan kembali melakukan aksi hingga tuntutannya tercapai dan dipenuhi oleh negara.
Mereka sebelumnya telah berjalan kaki selama 41 hari dari Medan, Sumatera Utara menuju Jakarta. Mereka telah menempuh jarak 1800 Km dan tiba di Jakarta pada Jum’at, (8/8) lalu. Ketika di Jakarta, ratusan petani ini mencari keadilan dengan melakukan audiensi ke Kementerian BUMN hingga Kementerian ATR/BPN.
Upaya penyelesaian konflik agraria sejak puluhan tahun lalu diperjuangkan itu tidak pernah membuahkan hasil, mulai tingkat kabupaten hingga provinsi.
Puncaknya, hari ini mereka berharap kepada Kepala Negara. Konflik antara petani dua desa dengan PTPN II ini terjadi di atas tanah seluas 1.704 hektare dengan rincian 854 hektare terjadi di Desa Simalingkar dan 850 hektare di Desa Simencirim. (Rmol)