Mencari Rezeki Dari Kibaran Merah Putih Di Daud Beureuh




ONESECONDNews.COM,Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 75 menjadi berkah tersendiri bagi Nurrahman, seorang pria berusia 53 tahun asal Garut, Jawa Barat yang menjadikan momentum perayaan ini sebagai waktu mengumpulkan rezeki.

Akang, sapaan Nurrahman, adalah pedagang bendera Merah Putih atau pernak pernik HUT RI lainnya. Biasanya, menjelang Agustus, dagangannya diserbu banyak orang. Mulai dari bendera kecil hingga umbul-umbul.

Akang berjualan di beberapa titik di sepanjang Jalan Daud Beureuh; dari Lampriet hingga Simpang Lima, Banda Aceh. 

“Penjualan agak kurang tahun ini. Mungkin karena anak sekolah nggak masuk. Biasanya yang beli dari sekolah-sekolah,” kata Akang, dilansir dari Kantor Berita RMOLAceh, Minggu (9/8).

Pekerjaan ini dilakoninya sejak 2006, tak lama setelah bencana ganda gempa bumi dan tsunami menerpa Aceh. Setiap tahun pula, menjelang Agustus, omzet penjualannya meningkat.

Melihat prospek penjualan yang baik, Akang memutuskan menetap di Banda Aceh. Dia kini menetap di Punge Blang Cut, Banda Aceh. 

Menurutnya, pembeli di Aceh tergolong royal. Berbeda dengan daerah-daerah lain.
Bendera dan umbul-umbul ini didatangkan dari Kecamatan Leles, Garut. Bendera dan umbul-umbul itu diproduksi industri rumah tangga di sebuah kompleks yang dikenal dengan nama Kampung Bendera.
Reputasi Leles sebagai sentra pembuat bendera dan umbul-umbul tergolong mashur. Dirintis pada 1970-an, saat ini, Leles dikenal memasok bendera ke hampir seluruh daerah di nusantara, termasuk Aceh.

Dikatakan Akang, bendera dan umbul-umbul yang dijualnya dibuat dengan standar yang tinggi. Mulai dari bahan kain hingga benang. 

Tak heran, jika produk yang dijual Akang banyak diminati. Harga produk yang dijual akan bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 450 ribu.

Akang juga mengatakan, setiap tahun dari Leles, muncul produk berwarna merah-putih yang inovatif. 

Model umbul-umbul juga senantiasa berubah, sesuai dengan perkembangan zaman. Inovasi ini, kata dia, memudahkan dirinya menjual produk bendera dan umbul-umbul.

Namun tahun ini, lanjutnya, angka penjualan jauh menurun. Bahkan jumlah bendera yang terjual hingga delapan hari menjelang 17 Agustus pun tidak mencapai setengah dari penjualan tahun lalu. 

Pengiriman pun dikurangi. Kalau dulu mencapai 20 karung goni, sekarang hanya berkisar 10 karung goni.

Namun Akang berharap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ini tidak berkurang berkurang kemeriahannya. Bagi Akang, Merah-Putih itu harusnya menjadi darah dan daging. 

Bahkan tanpa bendera pun, perayaan hari kemerdekaan harus tetap menjadi kesenangan bagi seluruh rakyat dan menjadi pengobat kala pandemik Covid-19.
Yang penting tetap menjaga protokol kesehatan demi menjaga keselamatan bersama dan kesehatan bersama,” pungkasnya


أحدث أقدم