Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan |
Onesecondnews.COM,Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menjelaskan jerih payah yang dilalui pemerintah demi bisa memperoleh vaksin COVID-19 untuk masyarakat dalam waktu singkat dan pada kesempatan pertama.
Upaya perolehan vaksin COVID-19 di saat kasus penularan virus corona di dunia sedang tinggi-tingginya disebut merupakan sebuah pengalaman yang berharga.
Hal itu disampaikan langsung oleh Retno dalam wawancara program Game Changer kumparan yang digelar baru-baru ini di Kementerian Luar Negeri RI.
“Jadi itu another experience yang gak ada di buku pelajaran,” kata Retno.Dalam artian, Seluruh dunia menghadapi tantangan yang sama, memperebutkan barang yang sama, yang barangnya yang namanya vaksin pada saat itu masih benar-benar pada tahap yang sangat initials, sangat awal yang produksinya juga kita belum tahu secepat apa dia bisa memproduksi,” jelas dia.
Diplomat tersebut menerangkan, momen perolehan vaksin pada Desember 2020 kala itu cukup penuh dengan ketidakpastian. Hal tersebut dipicu oleh minimnya persiapan dunia menghadapi pandemi paling mematikan di abad ke-21 ini.
Sehingga, tidak ada yang mengetahui secara langsung seberapa efektif vaksin yang tersedia — sementara pemerintah di banyak negara berbondong-bondong untuk mendapatkannya juga, sebelum lebih banyak korban jiwa berjatuhan.
Hingga akhirnya, Presiden Joko Widodo beserta kementerian terkait kala itu harus memutar otak agar dapat berpikir jauh ke depan dan mengambil langkah yang tepat.
“Bapak Presiden di awal sudah mulai berhitung. Ini kayaknya gejalanya kita akan masuk ke pandemi, karena situasinya luar biasa seperti ini,” tutur Retno.Maka di titik itu saya ingat betul bapak presiden itu hampir setiap hari kita ketemu kita kalkulasi semuanya dengan pertimbangan yang sangat masak, akhirnya diputuskan oke kita keluar, kita cari duluan [vaksin COVID-19],” imbuhnya.
Dalam proses pencarian vaksin COVID-19 di negara-negara lain, sambung Retno, dirinya bekerja sama dengan Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, beserta eks Menkes Terawan Agus Putranto.Lebih lanjut, hubungan Indonesia dengan berbagai negara di dunia yang terjalin dengan baik pun membuka jalan bagi pemerintah sehingga dapat memperoleh vaksin COVID-19 dengan minim hambatan.
Teknik diplomasi dan kebijakan politik luar negeri RI yang tidak memihak dengan negara mana pun — tetapi berteman baik dengan siapa pun, serta aktif berpartisipasi menghadapi masalah global di kancah internasional telah memainkan peran penting.
Menurut Retno, diplomasi dalam bentuk seperti ini bisa sekaligus menjadi investasi yang bermanfaat di masa mendatang — sementara kemudahan memperoleh vaksin COVID-19 dari negara lain adalah hasil dari investasi tersebut.
“Kita berteman dengan hampir semua pihak, kita memberikan kontribusi yang banyak di sana-sini di dalam pelaksanaan politik luar negeri kita. Sehingga pada saat kita bicara, kita mengajak kerja sama, maka responsnya sangat positif,” jelas Retno.Oleh karenanya, sambung Retno, Indonesia dapat memperoleh vaksin dalam kurun waktu yang cukup singkat dibandingkan kebanyakan negara — hingga dipuji penanganannya oleh banyak negara asing, termasuk Organisasi Kesehatan Internasional (World Health Organization/WHO).
“Kita bisa mendapatkan vaksin cukup dini dan sampai akhir 2022, kita sudah dapat mengamankan 516 juta dosis vaksin, 412 di antaranya sudah disuntikkan dan dari 516 itu 137 juta itu dapat kita peroleh secara gratis,” terang dia.
Ketika Indonesia dilanda pandemi COVID-19 dan krisis peralatan Alat Pelindung Diri (APD) di tahun 2020, maka dalam setiap pertemuan dengan delegasi negara asing, Retno berinisiatif kerap menyinggung soal masalah kesehatan — banyaknya korban jiwa berjatuhan dan sulitnya mendapatkan vaksin.
“Karena kita sempat mengalami krisis APD, pada saat itu titik itu para tenaga medis kita sudah mulai tumbang karena kekurangan baju yang dapat mengamankan mereka,” ungkap Retno Itu saya termasuk bersama dengan Bu Ani [Menteri Keuangan] dan tentunya beberapa pihak yang lainnya kalau saya sendiri itu kalau tidak salah dua atau tiga hari — saya harus melakukan negosiasi marathon dengan pihak Korea Selatan,” imbuhnya.
Upaya diplomasi dengan negosiasi itu pun akhirnya membuahkan hasil. Indonesia berhasil lepas dari krisis APD dan perlahan-lahan bangkit dari pandemi, karena tenaga medis pun terlindungi.
“110 ribu APD kita dapat peroleh dari Korea Selatan. Dan ini juga negosiasi yang sangat luar biasa,” tutur Retno.
Keberhasilan pemerintah RI dalam menghadapi krisis akibat pandemi COVID-19 lebih awal dibandingkan banyak negara di dunia ini tak lain merupakan buah dari politik luar negeri dan diplomasi negara.Itu saya termasuk bersama dengan Bu Ani [Menteri Keuangan] dan tentunya beberapa pihak yang lainnya kalau saya sendiri itu kalau tidak salah dua atau tiga hari — saya harus melakukan negosiasi marathon dengan pihak Korea Selatan,” imbuhnya.
Sumber Link:
https://m.kumparan.com/kumparannews/cerita-menlu-retno-soal-ri-bisa-peroleh-vaksin-covid-19-saat-pandemi-memuncak-1zsZTRFiW6Q